Breaking News
Religi  

Kisah Tobatnya Penjahat yang Merampok Syekh Abdul Qadir al-Jailani

MZAW.icwpost.id

INILAH kisah tobat penjahat yang merampok Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Ketika masih belia, Syekh Abdul Qadir al-Jailani mencari ilmu dengan melakukan perjalanan dari Kota Makkah menuju Baghdad di Irak. Sang ibu pun membekali Abdul Qadir al-Jailani muda dengan uang sebanyak 40 dinar. Supaya aman, uang tersebut disimpan di sebuah saku yang sengaja dibuat di posisi bawah ketiak.

Kemudian ibundanya berpesan kepada Abdul Qadir al-Jailani untuk senantiasa berkata jujur dalam setiap keadaan. Ia pun menuruti perkataan sang ibu, lalu keluar dengan mengucapkan salam terakhir. “Pergilah, aku sudah menitipkan keselamatanmu pada Allah Subhanahu wa ta’ala agar kamu memperoleh pemeliharaan-Nya,” ucap ibunda Abdul Qadir al-Jailani.

Abdul Qadir al-Jailani muda pun pergi bersama rombongan kafilah unta yang juga sedang menuju Kota Baghdad. Ketika sampai di wilayah Hamdzan, tiba-tiba 60 orang pengendara kuda menghampiri, berusaha mengadang dan merampok seluruh harta rombongan kafilah.

Anehnya, tidak satu pun dari perampok itu mendekati Abdul Qadir al-Jailani muda. Hingga akhirnya salah seorang dari mereka mencoba bertanya kepadanya, “Hai orang fakir, apa yang kamu bawa?”

Dengan polosnya, Abdul Qadir al-Jailani muda memberi tahu apa yang dimiliki, yakni uang saku sebanyak 40 dinar pemberian ibunya yang diletakkan di jahitan ketiak. Meski begitu, sang perampok tidak lantas percaya. Ia mengira Abdul Qadir al-Jailani yang masih bocah itu sedang meledeknya. Si perampok pun memilih meninggalkannya.

Selang beberapa waktu, datang lagi salah satu anggota mereka yang melontarkan pertanyaan sama. Abdul Qadir al-Jailani kembali menjawab dengan apa adanya. Lagi-lagi, perkataan jujurnya tidak mendapat respons serius dan si perampok pergi begitu saja.

Perampok itu pun merasa aneh dan kemudian membawa Abdul Qodir al-Jailani muda untuk dihadapkan kepada pimpinannya. Pemimpin perampok itu kemudian menanyakan hal serupa, dan Abdul Qadir al-Jailani kembali mengulangi jawaban yang sama. Pimpinan perampok itu lantas memerintahkan anak-anak buahnya untuk menggeledah ketiak Abdul Qadir al-Jailani. Benar saja, didapati uang sebesar 40 dinar itu.

Sikap polos Abdul Qadir al-Jailani muda itu membuat para perampok geleng-geleng kepala. “Apa yang mendorongmu mengaku dengan sebenarnya?” tanya pemimpin perampok.

Abdul Qadir al-Jailani pun menjawab bahwa dirinya teringat pesan sekaligus janji kepada ibunya agar selalu jujur. Sebab itulah dia memberi tahu harta yang dibawanya kepada para perampok. “Ibuku memerintahkan untuk berkata benar. Aku tidak berani durhaka kepadanya,” jawab Abdul Qadir al-Jailani muda ketika itu.

Pemimpin perampok tersebut kemudian menangis dan tersungkur, seperti sedang dihantam rasa penyesalan yang mendalam. “Engkau tidak berani ingkar terhadap janji ibumu. Sedangkan aku sudah bertahun-tahun mengingkari janji Tuhanku,” ujar bos perampok.

Dedengkot perampok itu pun menyatakan tobat di hadapan Abdul Qadir al-Jailani, bocah kecil yang kelak namanya harum di mata dunia sebagai Sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Pertobatan ini lantas diikuti para anak buah si pemimpin perampok secara massal. Kisah ini diceritakan dalam kitab Irsyadul ‘Ibad karya Syekh Zainuddin bin Abdul ‘Aziz al-Malibari yang mengutip cerita dari Al-Yafi’i, dari Abu Abdillah Muhammad bin Muqatil, dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Allahu a’lam bisshawab. (Red01/ril)